Senin, 17 Desember 2007

Pendidikan efektif

Kata efektif adalah sebuah kata yang mudah untuk diucapkan namun butuh usaha maksimum dan kontinyu untuk memperolehnya. Kata ini dapat bergabung dengan kata pendidikan menjadi “pendidikan yang efektif” dan selanjutnya kita dapat bertanya sudah efektifkah pendidikan kita atau hanya sekedar asal-asalan saja?

Dari tiga bentuk pendidikan yaitu pendidikan formal, informal dan non formal, maka pendidikan formal paling banyak disorot mulai dari mutu sampai dengan keefektifannya. Pendidikan formal yang mencakupi kurikulum, sarana, dan prasarananya dan lingkungan masyarakat yang ikut mempengaruhinya.

Apakah suatu pendidikan yang diselenggarakan sejak dari bangku SD sampai perguruan tinggi atau paling kurang sampai untuk tingkat SLTA sudah efektif atau belum. Keefektifan sebuah sekolah sangat dipengaruhi oleh latar belakang rumah tangga tempat asal anak-anak didik dan keadaan masyarakat sekeliling sekolah. Rumah tangga dan masyarakat yang memiliki SDM yang sangat memadai dan kondisi keuangan yang cukup mapan akan membantu terselenggaranya suatu sekolah yang efektif.

Sekolah yang efektif tentu akan menjadi sekolah idola dan akan diserbu oleh banyak calon anak didik setiap awal tahun pelajaran dimulai. Anak yang efektif sangat ditentukan oleh faktor rumah dan faktor sekolah yaitu rumah yang efektif dan sekolah yang efektif pula.

Kualitas seorang anak didik sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh budaya dan suasana belajar di rumah dan di sekolah. Beberapa faktor pendukung kualitas anak di rumah adalah seperti tingkat sosial ekonomi dan Sumber Daya Manusia (SDM) orang tua serta pengaruh teman bermain dan hiburan. Sedangkan faktor pendukung di lingkungan sekolah adalah seperti tingkat SDM dan kehangatan pribadi guru, fasilitas penunjang, sarana belajar dan pengaruh budaya dan iklim belajar di sekolah itu sendiri.

Lebih dari separoh waktu kehidupan anak dihabiskan di rumah. Famili dan orang tua mempunyai peranan sangat besar dalam menentukan pribadi anak. Kualitas mereka sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan (SDM) orang tua dalam mendidik dan menumbuhkembangkan konsep belajar dalam keluarga. Kemampuan ekonomi orang tua punya peran dalam menyediakan fasilitas belajar. Ada anak dengan tingkat pendidikan orang tua rendah, biasa berhasil dalam belajar karena orang tua cukup tebal isi kantongnya untuk membiayai saran belajar. Ada lagi sebagian anak yang berasal dari keluarga dengan ekonomi kurang mampu, tetapi juga berhasil dalam belajar, karena orang tuanya sendiri kaya dengan wawasan SDM. Yang sangat beruntung adalah anak yang memiliki orang tua dengan SDM tinggi, kantong tebal dan teman-teman bermain memberikan pengaruh positif dalam belajar.

Pendidikan yang efektif tentu akan didukung oleh komponen-komponen yang juga efektif. Mereka adalah seperti sekolah efektif, kepala sekolah efektif, guru efektif dan murid yang efektif.

Sekolah yang efektif tentu mempunyai standar indikator seperti yang digambarkan oleh Sergio Vanio. Ia mengatakan bahwa kalau sekolah efektif murid-muridnya dinilai setiap tahun oleh pihak yang independen maka skor penilaiannya selalu meningkat. Murid-murid di sekolah itu sangat antusias dalam belajar dan ini tercermin dalam peningkatan prosentase kehadirannya. Guru sangat konsekwen dalam memberikan pekerjaan rumah (PR) dan menilai PR itu dengan konsisten. Sekolah memiliki program dan jadwal ekstrakurikuler di sekolah itu terdapat partisipasi orang tua dan masyarakat untuk peduli terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah tersebut.

Sekolah efektif sangat menghargai waktu dan akan memanfaatkannya ibarat memanfaatkan uang. Tentu saja sebagian besar waktu itu digunakan untuk belajar. Guru-guru di sekolah yang efektif mampu melaksanakan proses belajar mengajar yang bebas dari gangguan dan memberikan pekerjaan rumah dengan cara bertanggung jawab. Sekolah ini mulai dan mengakhiri kegiatan belajar betul-betul tepat waktu. Sementara itu dalam sekolah yang tidak efektif, guru-guru cenderung tidak mendukung pemahaman tujuan sekolah.

Sekolah yang efektif tentu berada di belakang pimpinan kepala sekolah yang efektif pula. Seorang kepala sekolah akan menentukan jatuh atau bangunnya kualitas suatu sekolah. Kepala sekolah asal-asalan cenderung untuk menghancurkan budaya dan iklim belajar sekolah. Sedangkan kepala sekolah yang efektif selalu komit dengan misi dan visi yang mengangkat dan melestarikan kualitas sekolahnya.

Salfen Hasri (2004;20) mendeskripsikan tentang kepala sekolah yang efektif, yang antara lain sebagai berikut: punya visi dan merealisasikannya bersama guru dan staf. Ia mempunyai harapan yang tinggi pada prestasi, selalu mengamati kualitas guru dan kualitas anak didik serta mendorong pemanfaatan waktu. Disamping itu seorang kepala sekolah yang efektif selalu memonitor prestasi individu guru, staff, siswa dan sekolah.

Kepala sekolah yang efektif sangat sadar bahwa keberadaan siswa adalah titik pokok dalam dunia pendidikan (di sekolah), maka ia sangat memonitor perkembangan siswa yang tercermin dalam peningkatan kualitas nilai tes yang bersih dari rekayasa dan manipulasi data. Ia melowongkan waktu (punya jadwal) untuk mengamati guru dalam kelas dan senantiasa berdialog tentang problem dan perbaikan pengajaran/kelas.

Kepala sekolah menjadi efektif karena ia mampu menjadi pemimpin yang efektif. Me Clure (dalam Salfen Hasri, 2004) mengatakan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu dalam berbagi tugas bersama siapa yang memiliki kompetensi untuk pekerjaan khusus.

Seorang pemimpin yang efektif harus mampu untuk melaksanakan “problem solving” dan “decision making”, memiliki bakat memimpin serta mampu untuk bersosial yaitu untuk bekerja sama.

Selasa, 11 Desember 2007

Sertifikasi Guru 2006 dan 2007

RADAR MALANG Rabu, 12 Des 2007
Total Kurang 1.095 Peserta


MALANG - Kuota tambahan sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2006 dan 2007 yang ditangani BPSG (Badan Penyelenggara Sertifikasi Guru) Rayon 15 UM belum terpenuhi. Tercatat dari jatah tambahan 1.035 yang diberikan Depdiknas, belum ada yang mengumpulkan portofolio sama sekali.

Menurut Ketua Divisi Asesor dan Penilaian BPSG Rayon 15 UM Bambang Pranomo, jika ditotal, sebenarnya kurang 1.095 peserta. Kalkulasinya, kuota sertifikasi 2006 dan 2007 sejumlah 13.100 peserta. Namun, kuota tersebut masih kurang 60 peserta. "Jadi kalau dihitung secara keseluruhan, pemenuhan kuota 2006 dan 2007 ada 1.095 peserta. Kuota tambahan 1.035 peserta ditambah 60 peserta kekurangan dari jatah 13.100," kata Bambang.

Bambang menambahkan, BPSG Rayon 15 sudah melayangkan surat imbauan kepada 20 diknas kota/kabupaten yang menjadi wilayah kerjanya agar segera mengirimkan portofolio peserta. Diknas kota/kabupaten juga diingatkan agar tidak melakukan penilaian kelayakan sehingga berakibat keputusan tidak mengirimkan portofolio peserta.

"Tidak terpenuhinya kuota ini, selain karena peserta mengundurkan diri, juga karena diknas ikut melakukan uji kelayakan," ucapnya. "Padahal, tugas mereka cukup mengirimkan. Yang bertugas menilai sampai memutuskan lulus tidaknya peserta itu BPSG," sambung Bambang.

Dari jatah yang diberikan kepada 20 diknas kota/kabupaten, hanya Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan yang sudah memenuhi. Angka paling tinggi yang harus melengkapi kuota tambahan itu adalah Kabupaten Blitar dan Ngawi. Masing-masing berjumlah 142 peserta.

Untuk Malang Raya, Kota Malang masih kurang 10 peserta, Kabupaten Malang kurang 89 peserta, dan Kota Batu kurang 14 peserta. "Kami masih memberikan kesempatan kepada diknas kota dan kabupaten untuk melengkapi kuota ini sampai tanggal 15 Desember. Jadwal penilaian pada 17 Desember nanti," ungkapnya.

Kalau sampai batas yang ditentukan kuota tambahan ini tidak tertutupi, BPGS akan melapor kembali kepada Depdiknas selaku pemegang kebijakan sertifikasi ini. "Sebagai penyelenggara, kami kan hanya bertugas menyampaikan dan melaporkan hasilnya. Masalah kelanjutan dan solusinya seperti apa, ya terserah pusat," ucap dia.

Ketua BPSG Rayon 15 UM Mujianto menambahkan, kuota tambahan ini diperuntukkan bagi guru-guru berprestasi. Hanya, apakah diknas kota/kabupaten mampu memanfaatkan peluang itu, sepenuhnya dikembalikan kepada kesiapan mereka sendiri. "Saya hanya memikirkan kemungkinan terpenuhi tidaknya. Rasanya kuota mustahil bisa terpenuhi. Masak membuat portofolio hanya dalam satu minggu saja," kata dia. (hap/yn)

Minggu, 09 Desember 2007

Gending "Java" di Bulan .......

PADA bulan Agustus atau September 28 tahun lampau, irama yang mengiringi
lirik-lirik gending Jawa berjudul Ketawang Puspawarna di atas mengalun nun jauh
di angkasa raya. Dari dalam kabin wahana ruang angkasa Voyager yang diluncurkan
tahun 1977, komposisi gending Ketawang Puspawarna mengumandang bersama 26
komposisi musik dunia terpilih dari berbagai negara.
Pencipta gending berirama rancak itu adalah seniman Jawa keturunan ningrat,
Kanjeng Gusti Pengeran Adipati Aria (KGPAA) Mangkunegoro IV. Ia adalah raja ke-4
dinasti Mangkunegaran, bertahta tahun 1853-1881.

Ketawang Puspawarna yang direkam pada piringan tembaga berlapis emas
merupakan satu-satunya komposisi musik khas Indonesia yang diterbangkan wahana
Voyager ke luar angkasa. Orang yang berjasa memilih komposisi gending Ketawang
Puspawarna untuk misi Voyager ini adalah pakar musik dunia asal AS, Prof. Robert E. Brown, kini bermukim di Gianyar, Bali.

Bukan satu kebetulan kalau Brown memilih komposisi gending Ketawang
Puspawarna dan memboyongnya ke luar angkasa. Saat mengangkasakan gending ini,
guru besar Wesleyan University (AS) ini mungkin tak menaruh perhatian pada makna
kata "tawang". Tawang yang berasal dari bahasa Jawa, sama dengan kata "angkasa"
dalam bahasa Indonesia ("ke tawang" sama artinya dengan "ke angkasa").
Pertimbangan pakar musik dunia itu memilih Ketawang Puspawarna berdasar pada
keindahan dan komposisi gending yang tak terlampau panjang.

Gending Ketawang Puspawarna terdiri dari tujuh "cakepan" (bait) "gerongan"
(lirik lagu). Cuma perlu waktu lima menit untuk melantunkan setiap cakepan
gerongan. Komposisi yang relatif pendek dibanding komposisi gending Jawa
lain yang bisa sampai 20 menitan.

Dalam tradisi gending Jawa sendiri, sebenarnya dikenal beberapa jenis
komposisi yang memiliki watak dan irama berlainan. Kecuali komposisi gending
ketawang, komposisi gending Jawa lainnya adalah gending lancaran, gending
ladrang, dan gending ageng.

Sekilas, perbedaan komposisi gending tersebut dapat disimak pada susunan
notasinya. Komposisi gending lancaran, misalnya, termasuk dalam gending paling
sederhana. Susunan notasinya hanya terdiri dari 4 X 4 sebanyak tiga sampai lima
baris tanpa variasi.

Komposisi gending ladrang biasanya terdiri dari delapan baris dan ada yang
disusun dalam 12 baris masing-masing 2 X 4. Pada komposisi delapan baris, irama
gending ladrang dibagi menjadi dua bagian dengan empat baris kedua disebut
"ngelik".

Berbeda dengan gending ladrang, komposisi gending ketawang pada umumnya
tersusun dalam delapan baris 2 X 4, dengan enam baris terakhir adalah "ngelik".
Sedangkan komposisi yang disebut gending ageng, adalah perpaduan harmonis antara
gending lancaran, ladrang, ketawang, dan semacamnya, dengan variasi irama yang
disebut "ciblon".

Pemilahan nada setiap gending dalam seni karawitan Jawa tersebut, lebih
ditentukan berdasarkan "laras"-nya. Perangkat gamelan yang diatonis sebagai
pengiring gending-gending Jawa hanya terdiri dari dua "laras": laras salendro
yang mewakili nada rendah dan laras pelog untuk nada tinggi. Komposisi gending
Ketawang Puspawarna yang dibawa dalam misi Voyager termasuk laras salendro dan
direkam dari pagelaran Empu Karawitan asal Yogyakarta, Ki Tjokrowasito.

**

MENCERMATI karya-karya KGPAA Mangkunegoro IV yang berupa gending dan tembang,
orang akan terpesona bukan hanya pada keindahan kata-katanya dan harmoni alunan
nadanya. Setiap karya pemegang tahta Istana Mangkunegaran itu lebih banyak
menyiratkan nuansa sanjungan, teladan, petuah, dan juga sindiran, maupun
ungkapan-ungkapan sastra yang bermuatan filsafat Jawa.

Sebagai seorang raja dan sastrawan terkemuka, Sri Mangkunegoro IV memiliki
kelebihan dalam menciptakan karya tembang dengan rangkaian bahasa adiluhung.
Selain karya-karyanya yang mencakup berbagai aspek kehidupan, sastrawan istana
itu juga menulis cerita-cerita babad, pedalangan, karawitan, dan tembang Jawa.
Raja itu pula yang menciptakan sebuah karya seni monumental semacam opera Jawa
yang disebut "Langendriyan", serta mendorong pengembangan kesenian rakyat
"kethoprak".

Ajaran moral dan filsafat karya KGPAA Mangkunegoro IV yang berupa tembang,
banyak dijadikan pedoman bagi masyarakat Jawa. Di antara karyanya yang populer,
dibukukan dengan judul "Serat Tripama" (Tiga Teladan) dan "Wedhatama" (Ajaran
Keutamaan). Di samping itu, karya-karya berupa tembang terhimpun dalam "Serat
Sekar-sekaran", serta karya sastra lainnya adalah "Salokatama" (Amsal Keutamaan)
dan "Kitiran Mancawarna" (Baling-baling Beranekawarna).

Sesuai dengan judul gendingnya, setiap "cakepan gerongan" Ketawang Puspawarna
yang berjumlah tujuh "cakepan", semuanya diawali dengan kata "kembang". Baris
pertama dan baris kedua setiap "cakepan" yang terdiri dari tiga baris, disebut
sebagai "wangsalan" semacam pantun. Puspa dan kembang yang termaktub dalam
Ketawang Puspawarna, adalah personifikasi seorang wanita --yang mungkin menjadi
dambaan sang raja. Sri Mangkunegoro IV, melalui "wangsalan" yang estetis
tersebut bermaksud menyanjung tingkah laku wanita yang menghanyutkan jiwa, sifat
kewanitaannya yang bagai mustika, senyum dan gaya bicaranya yang menawan hati,
dan harapan untuk mempersuntingnya.

Gending Ketawang Puspawarna, meskipun tidak terlampau panjang memang memiliki
kelebihan pada nada-nada irama yang sedemikian indah dan kandungan makna
liriknya yang sangat menawan. Seandainya di angkasa raya ada makhluk hidup yang
dapat menangkap alunan gending Ketawang Puspawarna, niscaya mereka akan hanyut
oleh pesona irama yang menggoda jiwa itu.***

sertifikasi Kota Malang

RADAR MALANG
Senin, 10 Des 2007
Kebut Diklat Sertifikasi

MALANG - BPSG (Badan Penyelenggara Sertifikasi Guru) Rayon 15 UM menggenjot pelaksanaan diklat. Setelah merampungkan pelaksanan diklat kuota 2006 yang berakhir 4 Desember lalu, BPSG langsung tancap gas melanjutkan diklat kuota 2007. Diklat ini digelar secara bertahap. Tahap pertama untuk guru SD digelar mulai kemarin dan akan berakhir 18 Desember nanti.

"Kami konsentrasikan dulu untuk guru SD, karena jumlahnya cukup banyak. Yakni, 2.199 guru dari total 5.000 peserta. Kalau total peserta diklat, saya tidak pegang data. Besok saja, datanya di kantor," kata Ketua BPSG Rayon 15 UM Mujianto, ketika dihubungi kemarin.

Dia mengatakan, setiap tahap akan berlangsung sembilan hari. Berikutnya untuk guru SMP dan SMA sederajat akan digelar setelah menyelesaikan tahap pertama. "Sistemnya sama, materinya tatap muka dan praktik. Termasuk juga sistem kelulusannya, dilaksanakan sampai dua kali," ungkapnya.

Sementara itu, dari pelaksanaan diklat kuoat 2006 sejumlah 1.362 peserta, BPSG belum bisa memberi data angka yang tidak lulus. Alasannya, BPSG masih melakukan penilaian. "Wah, kami belum bisa menyebut berapa yang tidak lulus. Prinsip, peserta yang tidak lulus masih kami beri kesempatan untuk mengikuti ujian lagi," katanya.

Hanya kapan pelaksaan ujian berikutnya, Mujianto belum memberi keterangan lebih lanjut. Dia hanya menegaskan, BPSG sekarang ini memang sedang kerja keras untuk menyelesaikan target yang diberikan pemerintah pusat. Ditetapkan, pelaksanaan sertifikasi kuota 2006 dan 2007 harus sudah selesai akhir Desember. Sebab, berdasarkan rambu-rambu yang diberikan dari pemerintah pusat, awal 2008 nanti sudah akan berlangsung sertifikasi 2008.

Pastinya, jika peserta sampai dua kali tes tetap tidak lulus, maka akan dikembalikan ke Diknas masing-masing. "Saya belum tahu pasti, apakah peserta kuota 2006 dan 2007 yang tidak lulus langsung bisa mengikuti sertifikasi tahun 2008," katanya. (hap/ziz)

Rabu, 05 Desember 2007

Beasiswa Untuk Sertifikasi Guru Melalui Pendidikan Profesi

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi memberikan beasiswa bagi 2.000 guru SD dan SMP yang memiliki prestasi untuk mengikuti pendidikan profesi guru. Bagi guru yang dapat menyelesaikan pendidikan profesi dengan baik, akan menerima Sertifikat Pendidik dan berhak atas tunjangan profesi guru, besarnya setara dengan gaji pokok.

Pendidikan profesi dilaksanakan selama dua semester di perguruan tinggi yang ditetapkan sebagai penyelenggara pendidikan profesi. Selama mengikuti pendidikan, guru meninggalkan tugas mengajar. Komponen beasiswa yang diberikan meliputi:

* biaya hidup (termasuk biaya pemondokan)
* biaya buku
* biaya kesehatan (asuransi)
* biaya penyelenggaraan pendidikan
* transportasi dari daerah asal ke perguruan tinggi sekali jalan

Kami membuka pendaftaran bagi guru yang berminat dan memenuhi persyaratan seperti tersebut di bawah ini. Berkas pendaftaran kami terima paling lambat tanggal 26 November 2007.

Persyaratan peserta sebagai berikut:

1. Memiliki kualifikasi akademik minimal S1/D4 dari perguruan tinggi yang terakreditasi dibuktikan dengan fotokopi ijasah yang dilegalisasi oleh perguruan tinggi.
2. Guru SD dan SMP baik guru PNS dan non PNS yang mengajar di sekolah negeri atau swasta dibuktikan dengan surat keterangan dari kepala sekolah.
3. Guru non PNS adalah guru tetap yayasan dengan masa kerja minimal 2 tahun dibuktikan dengan SK sebagai guru tetap.
4. Guru SMP adalah guru bidang studi yang mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikannya untuk bidang studi PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Kesenian, Penjaskes, dan guru pembimbing (guru BK).
5. Memiliki prestasi akademik misalnya guru teladan/guru berprestasi, juara dalam penulisan karya ilmiah, juara dalam pembuatan CD pembelajaran, juara lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran, dan lain-lain yang berkaitan dengan peningkatan mutu guru baik di tingkat kabupaten/kota, propinsi, nasional maupun internasional yang dibuktikan dengan fotokopi surat keterangan/sertifikat/piagam penghargaan yang dilegalisasi oleh atasan.
6. Usia minimal 30 tahun
7. Diijinkan oleh kepala sekolah dibuktikan dengan surat ijin yang diketahui dan ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat atau yang mewakili.
8. Tidak ditetapkan sebagai peserta sertifikasi guru melalui penilaian portofolio tahun 2006 dan 2007 dibuktikan dengan surat keterangan dari kepala sekolah
9. Mengisi biodata peserta pendidikan profesi

Berkas pendaftaran dikirim ke alamat:

Direktorat Profesi Pendidik
Up. Subdit Pendidikan Dasar dan Pendidikan Luar Biasa
Komplek Depdiknas Cipete, Gedung D Lantai 1
Jl. R.S. Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan
Telp/Fax 7668691, 7668790

Selasa, 04 Desember 2007

SERTIFIKASI GURU KOTA MALANG

MALANG-SURYA
Badan Penyeleksian Sertifikasi Guru (BPSG) Universitas Negeri Malang (UM) tetap menggelar pelatihan bagi 1.361 guru Depdiknas yang gagal sertifikasi pada Minggu (25/11). Meskipun dana pelatihan dari pemerintah sebesar Rp 600.000/guru belum mengucur. Dampaknya, insentif asesor hingga biaya hotel tempat pelatihan terpaksa dibayar belakangan.

BPSG UM tidak bisa menunda lagi proses pelatihan sertifikasi. Mengingat sulitnya penjadwalan ulang bagi 1.361 guru yang berasal dari 20 kabupaten/kota di Jatim. Terlebih lagi perjanjian kerjasama dengan Depdiknas tentang pelatihan telah disetujui oleh Rektor UM Prof Dr Suparno.
“Sebenarnya kami tidak terlalu khawatir dengan dana itu, mengingat dana itu sudah ada di kas Depdiknas. Sekarang tinggal menggelontorkan ke rekening Rektor UM saja,” papar Prof Dr Ahmad Rofi'udin, Pembantu Rektor II UM, saat ditemui di BPSG, Sabtu (24/11).

Proses transfer dari rekening Depdiknas ke rekening rektor, lanjutnya, harus melalui prosedur administrasi yang jelas. Prosedur administrasi ini merupakan prosedur standar yang wajib untuk setiap pengeluaran uang oleh lembaga negara. “Kami tentu harus taat azas agar tidak salah langkah.,” aku Rofi'udin.

Bukan hanya dana pelatihan untuk guru Depdiknas yang gagal sertifikasi 2006 saja yang tersendat. Hingga saat ini BPSG UM juga belum menerima dana pelatihan untuk 645 guru madrasah binaan Depag yang gagal sertifikasi 2006 dan 2007.
Sementara itu koordinator pelatihan sertifikasi guru, Dr Hariono MPd, sendiri tidak terlalu memikirkan belum cairnya, karena UM sendiri sudah memberikan lampu hijau agar pelatihan segera dijalankan. Pelatihan yang akan digelar mulai Minggu (25/11)-Selasa (4/12) di 13 hotel di Kota Batu ini akan mengerahkan 327 instruktur dari kalangan asesor maupun dosen lain di UM serta enam Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang bermitra dengan UM dalam proses sertifikasi. “Kami juga telah mempersiapkan materi dan kesempatan dua kali ujian susulan jika peserta tidak lulus saat ujian pelatihan perdana digelar,” tandasnya.st11