Daur ulang kertas merupakan proses memisahkan serat-serat kertas menjadi serat benang menjadi kertas lagi. Tujuan daur ulang adalah mengurangi limbah sampah kertas dan memproses limbah kertas menjadi kreasi daur ulang.
Berikut adalah proses pembuatan kertas daur ulang.
I. Alat yang diperlukan :
Papan kayu atau triplek, kain tipis, screen kerapatan 36 atau 38, rakel, blender, bak besar dan ember.
II. Bahan yang diperlukan.
Kertas bekas disobek-sobek (direndam semalaman), karakteristik, pewarna alami atau buatan, pemutih dan lem (jika diperlukan).
III. Langkah-langkah pembuatan.
1. Siapkan rendaman sobekan kertas.
2. Siapkan papan yang tlah dilapisi kain.
3. Blender kertas dengan air, perbandingannya 1:3
hingga menjadi bubur kertas (pulp).
4. Masukkan pulp ke dalam bak yang telah diisi air satu
per empat bagiannya.
5. Ulangi langkah tiga dan empat kira-kira tujuh atau
delapan kali.
6. Blender karakteristik dan pewarna alami secara
terpisah dengan sedikit air.
7. Masukan ke dalam bak. Aduk rata.
8. Blender satu setengah sendok teh lem dan air.
9. Berdirikan papan dengan kemiringan kira-kira 45
derajat. Basahi papan dengan air.
10. Masukkan screen ke dalam air. Saring pulp dengan
screen secara merata.
11. Tempelkan screen pada papan. Gunakan rakel untuk
meniriskan air pada screen hingga air tidak menetes
lagi. Lepaskan screen.
12. Ulangi langkah 10 dan 11 hingga pulp di bak habis.
13. Jemur papan di tempat panas. Kertas akan kering
sekitar tiga jam. Jika diletakkan di ruang tertutup,
kertas akan kering keesokan harinya.
14. Setelah kering, cabut kertas secara perlahan agar
tidak robek.
15. Kertas daur ulang siap digunakan.
Tebal tipisnya kertas yang terjadi tergantung pada komposisi bubur kertas dan air. Semakin banyak bubur kertas semakin tebal.
Pemanfaatan kertas daur ulang di sekolahku yaitu untuk pemenuhan tugas sekolahku karena mau dicalonkan jadi sekolah adiwiyata,
Apa iyo guru yang sudah tersertifikasi dikongkon thok nggawe kertas daur ulang mek digawe Adiwiyata? kathek kadit dirayab? apa iya engkok lek menang para guru yang terlibat arep oleh hadiah?
paling kepala sekolahe thok sing entok.
apa ngono iku gak jenenge MULOSORO GURU?
coba' gagasen, guru iku wis dikongkon ngajar, 24 jam, terus ijek ditambahi tugas koyo' ngono, iyo lek dirayab, lha biasane digawe nutupi cek halokes kadit ngrayab pihak pimpinan lek ditakoni mesti ngomonge "lho Bapak Ibu kan sudah dapat tunjangan sertifikasi?"
apasih artinya uang 200.000 bagi bapak ibu?
"iyo lek sing sogeh, lek sebagai kepala RT iku ya nggreges ker (kadit osi golek tukon bensin digawe rotome pas ladub mulang),
wis ah timbangane engkok onok sing lara ati.................
Selasa, 02 Desember 2008
Selasa, 18 Maret 2008
Diknas Minim Data
Kasus lolosnya guru-guru yang seharusnya tidak disertifikasi kembali disorot. Haris A. Syafrudie, salah satu anggota tim sertifikasi Depdiknas dari UM mengimbau seluruh Diknas melakukan pendataan ulang guru. Langkah ini akan memudahkan penunjukan guru yang masuk sertifikasi.
Teknisnya, pendataan tersebut tidak hanya soal nama, jabatan, atau nomor unik yang dimiliki. Tapi diharapkan lebih detil. Terutama dari aspek masa kerja dan usia. Selanjutnya data-data itu bisa dirangkum dalam data based tenaga kependidikan. "Saya melihat, selama ini bukan data based yang digunakan acuan. Tapi langsung pembagian angka," ujar Haris.
Karena kesalahan itu, akhirnya semua guru berlomba untuk mengikuti sertifikasi. Padahal, sesuai kesepakatan awal, guru dengan masa kerja di atas 20 tahun menjadi prioritas. "Ini tidak akan terjadi kalau ada data based," tegas dosen UM itu.
Padahal, kata dia, data based akan merangking guru sesuai masa kerja dan usia. Praktis, ketika kuota sertifikasi turun, Diknas tinggal memotong data sesuai kebutuhan. Dalam hal ini, data yang dipotong adalah ranking atas. Sedangkan data ranking bawah mendapat giliran selanjutnya. "Yang tua-tua harus dihabiskan dulu, baru menyusul guru muda," kata dia.
Haris kurang sepakat jika bobolnya seleksi di tingkatkan Diknas karena sosialisasi tak mengena. Tapi, karena data pendidik yang dimiliki Diknas tidak rinci. "Kasus ini hampir terjadi di semua wilayah. Bahkan, Kota Malang termasuk salah satunya," ucapnya.
Lebih lanjut, dosen yang juga pengamat pendidikan itu menjabarkan, jika kuota 2006 dan 2007 masih banyak guru yang "bermain", untuk kuota 2008 akan diperketat. Kesepakatan pendampingan seleksi kuota di Diknas tidak bisa ditawar lagi. Saat ini tim sertifikasi pusat sedang menggodok draf dan teknis pendampingan. "Dengan sistem baru ini, guru yang tak masuk sertifikasi langsung langsung dikembalikan," tandasnya.
Sekretaris Dewan Pendidikan Kota Malang (DPKM) Soeparto mendukung kebijakan Depdiknas yang melibatkan DPKM dalam sertifikasi. Kebijakan tersebut merupakan keberanian untuk menyukseskan jalankan sertifikasi agar berjalan lebih fair. Apalagi, kebijakan tersebut turut menentukan nasib guru yang memang berhak mendapatkan kesempatan sertifikasi."Tapi kami belum tahu teknis pelaksanaan nanti seperti apa. Pastinya, kebijakan itu menjadi kontrol ke Diknas agar lebih objektif dalam menentukan urutan peserta sertifikasi," ujar dosen UMM ini.
Teknisnya, pendataan tersebut tidak hanya soal nama, jabatan, atau nomor unik yang dimiliki. Tapi diharapkan lebih detil. Terutama dari aspek masa kerja dan usia. Selanjutnya data-data itu bisa dirangkum dalam data based tenaga kependidikan. "Saya melihat, selama ini bukan data based yang digunakan acuan. Tapi langsung pembagian angka," ujar Haris.
Karena kesalahan itu, akhirnya semua guru berlomba untuk mengikuti sertifikasi. Padahal, sesuai kesepakatan awal, guru dengan masa kerja di atas 20 tahun menjadi prioritas. "Ini tidak akan terjadi kalau ada data based," tegas dosen UM itu.
Padahal, kata dia, data based akan merangking guru sesuai masa kerja dan usia. Praktis, ketika kuota sertifikasi turun, Diknas tinggal memotong data sesuai kebutuhan. Dalam hal ini, data yang dipotong adalah ranking atas. Sedangkan data ranking bawah mendapat giliran selanjutnya. "Yang tua-tua harus dihabiskan dulu, baru menyusul guru muda," kata dia.
Haris kurang sepakat jika bobolnya seleksi di tingkatkan Diknas karena sosialisasi tak mengena. Tapi, karena data pendidik yang dimiliki Diknas tidak rinci. "Kasus ini hampir terjadi di semua wilayah. Bahkan, Kota Malang termasuk salah satunya," ucapnya.
Lebih lanjut, dosen yang juga pengamat pendidikan itu menjabarkan, jika kuota 2006 dan 2007 masih banyak guru yang "bermain", untuk kuota 2008 akan diperketat. Kesepakatan pendampingan seleksi kuota di Diknas tidak bisa ditawar lagi. Saat ini tim sertifikasi pusat sedang menggodok draf dan teknis pendampingan. "Dengan sistem baru ini, guru yang tak masuk sertifikasi langsung langsung dikembalikan," tandasnya.
Sekretaris Dewan Pendidikan Kota Malang (DPKM) Soeparto mendukung kebijakan Depdiknas yang melibatkan DPKM dalam sertifikasi. Kebijakan tersebut merupakan keberanian untuk menyukseskan jalankan sertifikasi agar berjalan lebih fair. Apalagi, kebijakan tersebut turut menentukan nasib guru yang memang berhak mendapatkan kesempatan sertifikasi."Tapi kami belum tahu teknis pelaksanaan nanti seperti apa. Pastinya, kebijakan itu menjadi kontrol ke Diknas agar lebih objektif dalam menentukan urutan peserta sertifikasi," ujar dosen UMM ini.
Senin, 10 Maret 2008
HASIL TRY OUT 2 DIKNAS KOTA MALANG
Baru beberapa hari ini SMA Negeri 9 Malang mendapat hasil Try out yang diadakan oleh Diknas Kota Malang.
kabar yang cukup menggembirakan adalah angka rawan tidak lulus begitu sedikit, tercatat hanya satu anak yang rawan tidak lulus untuk mata pelajaran ekonomi.
Namun hal tersebut bukanlah ukuran kalau rawan tidak lulus memang hanya anak sedikit, Faktor soal "mudah" mungkin adalah alasan utama dari tingkat keberhasilan seorang anak mengerjakan soal dengan baik.
kabar yang cukup menggembirakan adalah angka rawan tidak lulus begitu sedikit, tercatat hanya satu anak yang rawan tidak lulus untuk mata pelajaran ekonomi.
Namun hal tersebut bukanlah ukuran kalau rawan tidak lulus memang hanya anak sedikit, Faktor soal "mudah" mungkin adalah alasan utama dari tingkat keberhasilan seorang anak mengerjakan soal dengan baik.
nah coretan sedikit ini mungkin mampu diperhatikan anak didik untuk mencapai nilai maksimal dalam UAN 2008
selamat belajar guys, doa dan harapan menyertai kamu sekalian
pengen tahu nilai anda..... sabaaaar ya .pak Budi lagi repot nich.... klo enggak hub waktu sekolah ya
TUNJANGAN SERTIFIKASI KOTA MALANG
Guru di lingkungan Diknas Kota Malang yang dinyatakan lolos sertifikasi 2007 diharapkan lebih bersabar lagi. Kabar bakal diterimanya tunjangan profesi mulai Maret ini ternyata sampai kini belum kunjung ada kejelasan. Bahkan, Diknas Kota Malang juga belum mendapatkan petunjuk kapan kepastian dana tersebut cair.
"Memang kami menerima pemberitahuan kalau pemberian tunjangan profesional kuota 2007 cair mulai Maret. Tapi kenyatannya masih nihil. Tadi pagi (kemari, Red) saya telepon ke Provinsi Jatim, ya tetap belum ada kejelasan," ujar Kabid Fungsional Diknas Kota Malang Zubaidah.
Beberapa guru yang lulus juga ada yang telah mempertanyakan kejelasannya kapan tunjangan profesional tersebut turun. Namun, karena memang belum kepastian, Diknas pun hanya bisa menyampaikan imbauan agar mereka bersabar. "Kapan turun pasti kami langsung menyosialisasikan ke sekolah. Kami juga tidak mungkin menunda-menunda, karena itu hak mereka," ungkapnya.
Hanya saja Ida -begitu dia biasa disapa- sedikit membawa kabar gembira. Pada 13 Marei ini bakal ada rakor (rapat koordinasi) di Surabaya. Harapannya, pada rakor tersebut bakal ada kejelasan tentang tunjangan profesi turun. Termasuk juga sertifikasi untuk pengawas yang bakal dimulai 2008. Berdasarkan pemberitahuan informal, pemerintah pusat sudah memutuskan akan ada sertifikasi untuk pengawas.
Tentang peserta sertifikasi kuota 2006 yang belum menerima tunjangan, lanjut Ida, tak bisa memberikan jumlah pastinya. Meski sebelumnya ada 15 guru kuota 2006 yang belum menerima tunjangan profesi guru. "Kalau pun ada guru yang belum menerima, lebih pada persoalan teknis. Misalnya, nomor rekening yang terblokir atau belum mengecek lagi ke bank. Karena prinsipnya semua dana dari pemberitahuan pemerintah pusat semuanya sudah beres," ucapnya.
Persoalannya juga, beberapa guru yang dulunya mengaku belum menerima tunjangan profesi, tapi dalam perkembangan mereka tidak melapor lagi. Dengan begitu sulit untuk mendata ulang berapa guru yang belum bisa mencairkan tunjangan profesional tersebut. (hap/ziz)
"Memang kami menerima pemberitahuan kalau pemberian tunjangan profesional kuota 2007 cair mulai Maret. Tapi kenyatannya masih nihil. Tadi pagi (kemari, Red) saya telepon ke Provinsi Jatim, ya tetap belum ada kejelasan," ujar Kabid Fungsional Diknas Kota Malang Zubaidah.
Beberapa guru yang lulus juga ada yang telah mempertanyakan kejelasannya kapan tunjangan profesional tersebut turun. Namun, karena memang belum kepastian, Diknas pun hanya bisa menyampaikan imbauan agar mereka bersabar. "Kapan turun pasti kami langsung menyosialisasikan ke sekolah. Kami juga tidak mungkin menunda-menunda, karena itu hak mereka," ungkapnya.
Hanya saja Ida -begitu dia biasa disapa- sedikit membawa kabar gembira. Pada 13 Marei ini bakal ada rakor (rapat koordinasi) di Surabaya. Harapannya, pada rakor tersebut bakal ada kejelasan tentang tunjangan profesi turun. Termasuk juga sertifikasi untuk pengawas yang bakal dimulai 2008. Berdasarkan pemberitahuan informal, pemerintah pusat sudah memutuskan akan ada sertifikasi untuk pengawas.
Tentang peserta sertifikasi kuota 2006 yang belum menerima tunjangan, lanjut Ida, tak bisa memberikan jumlah pastinya. Meski sebelumnya ada 15 guru kuota 2006 yang belum menerima tunjangan profesi guru. "Kalau pun ada guru yang belum menerima, lebih pada persoalan teknis. Misalnya, nomor rekening yang terblokir atau belum mengecek lagi ke bank. Karena prinsipnya semua dana dari pemberitahuan pemerintah pusat semuanya sudah beres," ucapnya.
Persoalannya juga, beberapa guru yang dulunya mengaku belum menerima tunjangan profesi, tapi dalam perkembangan mereka tidak melapor lagi. Dengan begitu sulit untuk mendata ulang berapa guru yang belum bisa mencairkan tunjangan profesional tersebut. (hap/ziz)
Jumat, 07 Maret 2008
KUOTA SERTIFIKASI GURU KOTA MALANG PER MARET 2008
Untuk Kota dan Kabupaten, Pengawas Belum Jelas
MALANG - Kuota sertifikasi guru untuk Kota Malang dan Kabupaten Malang mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu. Tahun ini kuota Kota Malang mencapai 1.180 guru. Sedangkan kabupaten mencapai 1.807 guru atau naik 536 guru dibandingkan tahun lalu.
Data dari Diknas Kota Malang, guru TK dijatah 73 guru, SD 418 guru, SMP 261, SLB 6 guru, SMA 204 guru, SMK 218 guru. "Jumlah itu sudah pasti. Nantinya kami sosialisasikan kepada sekolah dan guru agar mempersiapkan diri," ujar Kabid Fungsional Diknas Kota Malang Zubaidah, di kantor kemarin.
Menurut Ida, begitu dia biasa disapa, jumlah tahun ini ternyata lebih besar dibandingkan kuota tahun sebelumnya. Kuota tahun sebelumnya berada pada kisaran 800 guru untuk semua tingkatan sekolah. "Kami senang karena tidak ada pengurangan. Ya, mungkin karena sertifikasi tujuannya untuk peningkan kompetensi guru," tambah Ida.
Ditambahkan, rencananya pelaksanaan sertifikasi dilakukan pada akhir Maret. Namun, soal kepastian waktunya dia belum mendapat tembusan dari BPSG maupun Depdiknas.
Bagaimana dengan kuota pengawas? Diknas Kota Malang menyatakan belum tahu. Bahkan, sampai juga masih menunggu informasi lebih lanjut. "Saat rakor (rapat koordinasi) di Surabaya beberapa hari lalu hanya diberitahu kalau pengawas akan disertifikasi. Masalah teknis pelaksanaan dan lain-lain akan dimatangkan pada rakor berikutnya," ujar dia
Kadiknas Kota Malang Shofwan MSi menyatakan gembira dengan adanya kenaikan kuota untuk sertifikasi guru. "Bagaimanapun, kenaikan kuota ini untuk mempercepat penyelesaian sertifikasi guru," tambahnya.
Soal pengawas yang akan disertifikasi, dia meminta pengawas bekerja lebih maksimal. Karena, setelah mereka nanti lulus sertifikasi otomatis kinerjanya tak bisa sembarangan. "Tapi bukan berarti sebelum pengawas disertifikasi Diknas tidak kontrol terhadap kinerja mereka. Maksudnya, secara pribadi mereka juga memiliki tanggung jawab yang lebih besar," ujar Shofwan.
"Memang Kota dan Kabupaten Malang mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu," ujar Ketua BPSG Rayon 15 UM Mudjianto, kemarin. (JP jumat)
MALANG - Kuota sertifikasi guru untuk Kota Malang dan Kabupaten Malang mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu. Tahun ini kuota Kota Malang mencapai 1.180 guru. Sedangkan kabupaten mencapai 1.807 guru atau naik 536 guru dibandingkan tahun lalu.
Data dari Diknas Kota Malang, guru TK dijatah 73 guru, SD 418 guru, SMP 261, SLB 6 guru, SMA 204 guru, SMK 218 guru. "Jumlah itu sudah pasti. Nantinya kami sosialisasikan kepada sekolah dan guru agar mempersiapkan diri," ujar Kabid Fungsional Diknas Kota Malang Zubaidah, di kantor kemarin.
Menurut Ida, begitu dia biasa disapa, jumlah tahun ini ternyata lebih besar dibandingkan kuota tahun sebelumnya. Kuota tahun sebelumnya berada pada kisaran 800 guru untuk semua tingkatan sekolah. "Kami senang karena tidak ada pengurangan. Ya, mungkin karena sertifikasi tujuannya untuk peningkan kompetensi guru," tambah Ida.
Ditambahkan, rencananya pelaksanaan sertifikasi dilakukan pada akhir Maret. Namun, soal kepastian waktunya dia belum mendapat tembusan dari BPSG maupun Depdiknas.
Bagaimana dengan kuota pengawas? Diknas Kota Malang menyatakan belum tahu. Bahkan, sampai juga masih menunggu informasi lebih lanjut. "Saat rakor (rapat koordinasi) di Surabaya beberapa hari lalu hanya diberitahu kalau pengawas akan disertifikasi. Masalah teknis pelaksanaan dan lain-lain akan dimatangkan pada rakor berikutnya," ujar dia
Kadiknas Kota Malang Shofwan MSi menyatakan gembira dengan adanya kenaikan kuota untuk sertifikasi guru. "Bagaimanapun, kenaikan kuota ini untuk mempercepat penyelesaian sertifikasi guru," tambahnya.
Soal pengawas yang akan disertifikasi, dia meminta pengawas bekerja lebih maksimal. Karena, setelah mereka nanti lulus sertifikasi otomatis kinerjanya tak bisa sembarangan. "Tapi bukan berarti sebelum pengawas disertifikasi Diknas tidak kontrol terhadap kinerja mereka. Maksudnya, secara pribadi mereka juga memiliki tanggung jawab yang lebih besar," ujar Shofwan.
"Memang Kota dan Kabupaten Malang mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu," ujar Ketua BPSG Rayon 15 UM Mudjianto, kemarin. (JP jumat)
Rabu, 27 Februari 2008
ANGKA RAWAN TIDAK LULUS 25 %
MALANG - Diknas Kabupaten Malang meminta guru SD hingga SMA untuk lebih intensif dalam memberikan materi UN bidang studi IPA dan matematika. Kedua mata pelajaran tersebut menjadi prioritas, karena dari hasil try out pertama yang digelar Januari lalu banyak siswa tidak bisa mengerjakan soal. "Secara umum hasil dari try out kurang memuaskan. Rata-rata kelulusannya baru 75 persen," ujar Kepala Dikbud Kabupaten Malang Suwandi, ketika dikonfirmasi kemarin.
Suwandi mengatakan, angka kelulusan sebesar 75 persen dari try out pertama dinilai masih wajar. Karena soal yang diberikan kepada siswa terbilang rumit. Mayoritas soal yang diberikan sama dengan UN tahun lalu. "Hal itulah yang membuat siswa kesulitan dalam menjawab soal yang diberikan," terangnya.
Meski demikian, dengan hasil tersebut diknas khawatir apabila tidak ada persiapan yang matang sebelum pelaksanaan UN, maka angka kelulusan yang diraih pada 2007 lalu sebesar 95 persen akan mengalami penurunan. Padahal tahun ini diknas mematok angka kelulusan naik 2 persen atau menjadi 97 persen.
Selain pemberian materi UN untuk matematika dan IPA, Suwandi mengharapkan sekolah lebih sering melakukan try out. Langkah ini diperlukan agar para siswa terbiasa untuk belajar soal. "Minimal per sekolah melakukan try out empat kali," pintanya.
Terkait hasil mata pelajaran bahasa Inggris, Suwandi mengatakan bahwa rata-rata siswa sudah bisa mengerjakan. Namun demikian, guru bahasa Inggris juga harus tetap memberikan porsi materi yang setara dengan soal-soal yang akan keluar dalam UN nanti. Minimal sesuai dengan materi UN tahun lalu. "Kami yakin jika siswa mampu mengerjakan soal UN tahun lalu, target kelulusan 97 dapat terpenuhi," tegasnya. (gus/ziz)
Suwandi mengatakan, angka kelulusan sebesar 75 persen dari try out pertama dinilai masih wajar. Karena soal yang diberikan kepada siswa terbilang rumit. Mayoritas soal yang diberikan sama dengan UN tahun lalu. "Hal itulah yang membuat siswa kesulitan dalam menjawab soal yang diberikan," terangnya.
Meski demikian, dengan hasil tersebut diknas khawatir apabila tidak ada persiapan yang matang sebelum pelaksanaan UN, maka angka kelulusan yang diraih pada 2007 lalu sebesar 95 persen akan mengalami penurunan. Padahal tahun ini diknas mematok angka kelulusan naik 2 persen atau menjadi 97 persen.
Selain pemberian materi UN untuk matematika dan IPA, Suwandi mengharapkan sekolah lebih sering melakukan try out. Langkah ini diperlukan agar para siswa terbiasa untuk belajar soal. "Minimal per sekolah melakukan try out empat kali," pintanya.
Terkait hasil mata pelajaran bahasa Inggris, Suwandi mengatakan bahwa rata-rata siswa sudah bisa mengerjakan. Namun demikian, guru bahasa Inggris juga harus tetap memberikan porsi materi yang setara dengan soal-soal yang akan keluar dalam UN nanti. Minimal sesuai dengan materi UN tahun lalu. "Kami yakin jika siswa mampu mengerjakan soal UN tahun lalu, target kelulusan 97 dapat terpenuhi," tegasnya. (gus/ziz)
Senin, 25 Februari 2008
WASPADAI JUALAN KOMPOR
MALANG - Munculnya keberatan soal aturan 24 jam tatap muka dalam satu minggu bagi guru yang lulus sertifikasi mengundang keprihatinan DPKM (Dewan Pendidikan Kota Malang). Bagaimanapun guru tidak bisa dibiarkan tanpa aturan, karena bisa mengganggu pengembangan pendidikan. Bukan hanya Kota Malang, namun juga secara keseluruhan.
"Dengan penyelenggaraan sertifikasi, guru memang sedang bersekutu dengan dewa mabuk reformasi. Guru pun terjebak dalam iklim reformasi. Artinya, dalam skala tertentu guru seakan mendapatkan kebebasan," ungkap Drs Soeparto MPd, sekretaris I DPKM.
Kondisi ini, kata Parto -demikian dia disapa- tidak bisa dibiarkan. Aksi keberatan yang mereka sampaikan perlu kembali direnungkan lagi. Sebab, aturan mengajar 24 jam tatap muka dalam satu minggu sudah cukup relevan untuk dijalankan. Terlebih lagi aturan tersebut berlaku pada mereka yang notabenenya sudah memegang sertifikat kompetensi.
Memahami pro kontra ini, Parto mengingatkan pentingnya melihat profesi guru yang dikembalikan pada khittahnya. Garis besarnya, guru bekerja bukan untuk mencari laba. "Kalau dalam istilah saya guru bekerja atas dasar G-spot based profession. G-spot di sini bukan bagian dari alat reproduksi wanita," kata Parto.
Istilah G-spot, kata dia, berasal dari God-spot yang ditemukan oleh Dr Vilayanur Ramachandran dari Universitas California, yang berarti titik kesadaran manusia atas Tuhannya. "Berdasarkan itu, guru bekerja atas nilai dasar rasa keikhlasan dan kasih sayang dengan tujuan mengubah perilaku seseorang," ungkapnya.
Perubahan perilaku seseorang, lanjut dia, hanya bisa dilakukan secara optimal lewat kasih sayang. "Jadi tak perlu heran kalau ada fenomena guru yang mau mengajar walau tak dibayar," katanya.
Tetapi dalam perkembangannya, lingkungan tidak bisa membatasi profesi guru sehingga banyak yang salah kamar dengan segala plus minusnya. Misalnya, jika guru yang dominan daya ototnya, maka dia akan menjadi guru yang cenderung memberi hukuman fisik bagi siswa.
Bahayanya, jika golongan thought-based profession menyusup menjadi guru. Golongan ini lebih menekankan pada olah pikir dan adu argumentasi. Tujuan jangka pendeknya adalah mempengaruhi pola pikir orang lain agar sejalan dengannya dengan target jangka panjang menguasai orang lain. "Kalau ini menyusup menyusup jadi guru, bahayanya mereka bisa jadi provokator. Hobinya jualan "kompor" untuk guru-guru lainnya," ucapnya. (hap/ziz)
"Dengan penyelenggaraan sertifikasi, guru memang sedang bersekutu dengan dewa mabuk reformasi. Guru pun terjebak dalam iklim reformasi. Artinya, dalam skala tertentu guru seakan mendapatkan kebebasan," ungkap Drs Soeparto MPd, sekretaris I DPKM.
Kondisi ini, kata Parto -demikian dia disapa- tidak bisa dibiarkan. Aksi keberatan yang mereka sampaikan perlu kembali direnungkan lagi. Sebab, aturan mengajar 24 jam tatap muka dalam satu minggu sudah cukup relevan untuk dijalankan. Terlebih lagi aturan tersebut berlaku pada mereka yang notabenenya sudah memegang sertifikat kompetensi.
Memahami pro kontra ini, Parto mengingatkan pentingnya melihat profesi guru yang dikembalikan pada khittahnya. Garis besarnya, guru bekerja bukan untuk mencari laba. "Kalau dalam istilah saya guru bekerja atas dasar G-spot based profession. G-spot di sini bukan bagian dari alat reproduksi wanita," kata Parto.
Istilah G-spot, kata dia, berasal dari God-spot yang ditemukan oleh Dr Vilayanur Ramachandran dari Universitas California, yang berarti titik kesadaran manusia atas Tuhannya. "Berdasarkan itu, guru bekerja atas nilai dasar rasa keikhlasan dan kasih sayang dengan tujuan mengubah perilaku seseorang," ungkapnya.
Perubahan perilaku seseorang, lanjut dia, hanya bisa dilakukan secara optimal lewat kasih sayang. "Jadi tak perlu heran kalau ada fenomena guru yang mau mengajar walau tak dibayar," katanya.
Tetapi dalam perkembangannya, lingkungan tidak bisa membatasi profesi guru sehingga banyak yang salah kamar dengan segala plus minusnya. Misalnya, jika guru yang dominan daya ototnya, maka dia akan menjadi guru yang cenderung memberi hukuman fisik bagi siswa.
Jumat, 22 Februari 2008
RAWAN TIDAKLULUS MASIH TINGGI
Tinggi, Tak Lulus SMP-SMA
Angka rawan tak lulus ujian nasional (UN) SMA dan SMP Kota Malang cukup tinggi. Dari pemetaan sementara yang dilakukan Diknas Kota Malang, angka rawan tak lulus UN SMP mencapai 54,84 persen dari total nominasi sementara (DNS) UN SMP 10.786 siswa. Sementara angka rawan untuk tingkat SMA lebih tinggi lagi karena mencapai 64,76 persen dari total DNS 6.330 siswa.
Kasi Dikmen Diknas Kota Malang Drs Suyitno mengatakan, pemetaan sementara itu didasarkan pada data-data siswa kelas akhir di semua sekolah. Termasuk, hasil try out sementara. "Dibanding tahun lalu, angka rawan itu sangat tinggi," kata dia.
Suyitno menjelaskan, dari analisa sementara juga, tingginya angka rawan itu disebabkan karena adanya mata pelajaran tambahan. Untuk SMP misalnya, yang semula hanya bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan matematika, kini ada tambahan IPA. Begitu juga untuk SMA yang mendapat tambahan tiga mata pelajaran untuk masing-masing jurusan. "Kondisi ini, bisa saja karena siswa kurang persiapan matang. Di lain hal, mata pelajaran tambahan juga cukup berat," ucapnya.
Bahkan, jika dipukul rata, lanjut Yitno-sapaan akrab Suyitno, tingkatan angka rawan itu terdapat di mata pelajaran (mapel) yang sama. Urutan paling atas adalah fisika, kedua matematika, disusul kimia, bahasa Inggris, dan biologi. Sedangkan Bahasa Indonesia nyaris tak ada kendala. Sebagai contoh, hasil try out di SMAN I, fisika menjadi mapel terberat karena banyak siswa tak memenuhi angka minimal 5,25. Begitu juga di SMAN 12. Bahkan, perbandingan angka tak lulus di bidang fisika dan matematika mencapai 32:22.
"Pemetaan sementara ini menunjukkan, bahwa semua sekolah harus mempersiapkan diri lebih ekstra," kata dia.
Diknas sendiri, kata Yitno, telah menyampaikan hasil pemetaan tersebut ke semua sekolah. Dengan begitu, sekolah-sekolah bisa mengadakan pembinaan lebih awal karena potensi siswa telah tergambar. Termasuk, bisa melakukan bimbingan lebih intensif. Sedangkan bagi MKKS (musyawarah kerja kepala sekolah) harus membuat format try out UN kedua untuk melihat keberhasilan usaha sekolah.
"Try out bersama dijadwalkan tiga kali. Sedangkan langkah sekolah diserahkan ke masing-masing lembaga," tandasnya.
Sementara itu, dari prediksi yang terpantau di SMA Negeri 9 Malang didapat sekit 102 anak yang rawan tidak lulus.
Selasa, 19 Februari 2008
Kontrasepsi dalam Sex 4’Strong
MALANG - Bagi perupa, seni itu universal. Termasuk ketika mereka mengeksplorasi tentang seks. Seperti seni instalasi karya Sasongko berjudul Sex 4’Strong yang dipamerkan di Perpustakaan Kota Malang kemarin.
Sasongko sengaja menata sepuluh kondom dalam sebuah bingkai. Sekilas foto itu tak terlihat sebagai eksploitasi terhadap alat kontrasepsi. Namun, murni sebagai ekspresi seni.
"Selama ini banyak orang menganggap seks itu sebagai sesuatu tabu. Padahal juga bisa dinikmati dari sisi seninya," ujarnya di sela-sela Pameran Tunggal Seni Fotografi itu.
Karya Sasongko tidak hanya berupa foto namun juga lukisan. Dan, yang dipajang berjajar di dinding itu akan dipamerkan sampai 22 Februari nanti.
Kurator seni rupa Djuli Djatiprambudi yang hadir saat acara mengatakan, dalam lima tahun terakhir ini dunia seni rupa di Jatim memang diwarnai banyak kejutan. Di antaranya dengan munculnya perupa generasi muda yang memiliki cara pandang baru metodologi, dan, ideologi dalam konteks eksplorasi seni rupa. Nah, salah satu perupa itu adalah Sasongko.
Penilaian Djuli, dalam konteks pameran ini Sasongko ingin melawan kuasa struktur. Artinya, figur yang memilih jalur kurang lazim sebagai strategi melawan struktur. "Ketika perupa lain masih berada dalam gravitasi kanvas, dia malah berusaha keluar dari garis orbit kanvas. Sasongko agaknya ingin masuk pada wilayah perdebatan apa itu seni," katanya.
Walau begitu, nilai plus juga diberikan Djuli untuk karya-karya Sasongko ini. Bagaimana pun karya Sasongko menjadi tantangan untuk melihat kembali keyakinan sebuah seni. Misalnya, kalau selama ini orang telanjur percaya bahwa seni itu soal harmoni antarsumber pembentuknya maka di sinilah akar masalahnya.
"Seni itu tak sebatas soal gagasan dan emosi. Dari sini kami sebenarnya juga mendapatkan tantangan lagi untuk mempertarungkan," katanya.
Dia mengakui, belakangan ini seni memang menarik untuk diperbincangkan. Lebih menarik lagi, seni tak hanya didominasi objek semata namun juga diselingi dengan sejumlah perdebatan. Bahkan bobot berdepatannya, sampai sejauh ini bisa membuat persepsi orang berantakan akibat provokasi yang terus menerus.
"Kemunculan Sasongko setidaknya menerbitkan harapan kalau dunia seni rupa di Jatim tidak terkesan jalan di tempat. Sasongko dapat dipahami sebagai salah satu figur generasi muda baru yang memiliki keinginan kuat untuk membangun orbit lain," ungkapnya. (hap/ing)
Masih Keberatan 24 Jam Mengajar
Rabu, 20 Feb 2008
Masih Keberatan 24 Jam Mengajar
Ketua Fokus Guru Kota Malang Gogok Rahmad Basuki menjelaskan, tugas guru tidak hanya tata muka di kelas saja. Tapi, juga mendidik, membina di luar kelas, koreksi soal, sampai menyusun persiapan mengajar. "Kami merasa keberatan jika dalam satu minggu 24 jam tatap muka. Ukuran 18 jam kami nilai sangat ideal, karena banyak tugas di luar jam tatap muka," kata dia.
Secara detail, Gogok kembali menegaskan bahwa tugas guru bukanlah sekadar transfer ilmu saja. Jika dipaksakan, maka masyarakat akan menghujat guru dan sekolah jika ternyata banyak siswa nakal. Berbeda dengan lingkungan perguruan tinggi, dalam hal ini dosen. Tanpa terjun langsung ke kelas dan kegiatan mahasiswa, semua bisa diatasi dengan bantuan asisten dosen. "Sekali lagi, menurut saya sangat sederhana jika menilai tugas guru dengan ukuran 24 tatap muka di kelas," tandasnya.
Terlebih, jika dikaitkan dengan jadwal ujian nasional (UN) yang semakin dekat. Jika semua guru hanya bertugas di dalam kelas saja, maka tidak akan ada yang bisa mendampingi siswa. Terutama persiapan mental mereka.
Gogok menegaskan, disinilah peran guru sesungguhnya. Yakni, mendampingi di luar kelas dengan cara memantau perkembangan anak didik. Misalnya, dengan mengadakan visite atau kunjungan pada siswa yang mengalami kesulitan belajar. "Aturan 24 jam mengajar bagi guru ini harus dicermati kembali," ujar salah satu guru yang lolos sertifikasi kuota 2007 itu.
Lebih lanjut, aturan tersebut bukan hanya berdampak pada minimnya penanganan psikologis siswa, tapi akan merembet ke masalah lain. Salah satunya menggeser jatah guru tidak tetap (GTT) yang honornya bergantung pada jumlah jam mengajar. "Tugas guru sangat berbeda dengan pegawai administrasi atau dosen," kata Gogok.
Gogok mengimbau agar tidak terjadi kasus kesalahpahaman seperti ini. Akan lebih baik jika dalam setiap kebijakan pendidikan dasar, menengah, melibatkan guru. Dengan begitu, setiap kebijakan bisa menjiwai tugas dan perjuangan guru dan tidak hanya didasarkan pada perhitungan rasional. "Kata kuncinya di sini, guru bukanlah tukang mengajar, tapi pemikir sekaligus pejuang," ucapnya. (nen/ziz)
Dari Jawapos Radar Malang oleh smanawa1@yahoo.com
Minggu, 27 Januari 2008
Innalillahi wa inna illaihi rojiun
Mantan Presiden Soeharto meninggal hari ini pada pukul 13.10 WIB pada usia 86 tahun. Menurut Ketua Tim Dokter Kepresidenan Mardjo Subiandono, almarhum mengalami kegagalan fungsi organ. Soeharto sempat dirawat selama 24 hari di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Selatan.
Ketika mengumumkan meninggalnya presiden RI kedua itu, tim dokter didampingi tiga putra Soeharto, Siti Herdiyanti Rukmana, Sigit Haryo Yudanto, dan Siti Hediati yang berpakaian hitam. Dalam kesempatan tersebut, Siti Hedianti Rukmana, mewakili keluarga, mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah memberikan doa setulus-tulusnya. Tutut juga memohon maaf atas kesalahan Soeharto. "Mohon doa restu semoga perjalanan bapak diridhoi," kata dia dengan nada terbata-bata.
Jenazah rencananya akan dimandikan di Jalan Cendana. Saat berita ini diturunkan, ambulans telah bersiap di RSPP untuk membawa jenazah ke Cendana. Seluruh keluarga telah berkumpul. Ambulans direncanakan akan berangkat pada pukul 14.15 WIB.
Soeharto akan dimakamkan di Astana Giribangun, Solo, Jawa Tengah.
mewakili Kel Besar SMA Negeri 9 Malang mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya, semoga HM Soeharto diampuni semua dosa dan dilipatgandakan amalakebajikannya. Amien
Label:
cendana,
giribangun,
meninggal,
sma negeri 9,
soeharto,
solo
Selasa, 22 Januari 2008
BPSG Godog Kualitas Pascasertifikasi
Kendati hanya beroperasi pada penilaian portofolio, BPSG (Badan Penyelenggara Sertifikasi Guru) Rayon 15 ternyata ikut memikirkan kualitas kinerja guru setelah mereka menerima tunjangan profesi. BPSG pun tengah menyusun rekomendasi yang akan disampaikan ke Depdiknas sebagai bahan evaluasi nanti.
"Sebatas memberi masukan ke Depdiknas, sah-sah saja. Kami memang berupaya agar ada evaluasi terhadap para guru-guru setelah mengikuti sertifikasi. Jadi, kami tidak hanya mengantarkan mereka mendapatkan tunjangan profesi. Tapi ikut mencarikan solusi bagaimana setelah mengikuti sertifikasi tetap bisa dipertanggungjawabkan kualitas kerjanya," ungkap Ketua BPGS Rayon 15 UM Mujianto, kemarin.
Seperti dikhawatirkan banyak kalangan, setelah menerima tunjangan profesi, kualitas kinerja guru malah melempem. Karena, Depdiknas juga belum menyiapkan standar evaluasinya. Di mata banyak kalangan, Depdiknas baru sebatas memikirkan nasib guru dari sisi kesejahteraannya.
Mujianto menambahkan, kalau pun Depdiknas mengeluarkan aturan 24 jam mengajar dalam satu minggu bagi guru yang lulus uji sertifikasi belum bisa dijadikan standar mengukur kualitas kinerja. Sebab, kewajiban mengajar 24 jam selam satu minggu ini di lapangan sulit dipenuhi.
Buktinya, Kota Malang sudah menyiapkan alternatif bagi guru yang tidak bisa memenuhi mengajar 24 jam dalam satu minggu akan dimutasi ke sekolah lain. Aturan ini sesuai dengan Permendiknas 36 tahun 2007 tentang Penyaluran Tunjangan Profesi bagi Guru. "Ini kan sebagai indikasi kalau aturan tersebut sebenarnya sulit untuk diterapkan," ujarnya.
Bahkan Mujianto menilai, aturan tersebut tidak realistis. Kalau bisa pun diterapkan, dikhawatirkan ada unsur memaksa. "Kami khawatir guru-guru yang sudah lulus sertifikasi ini meminta jam guru lain yang belum mengikuti sertifikasi. Dan, kecil kemunginan jam yang diminta itu diberikan, karena juga menyangkut besarnya honor si guru itu," ucapnya
Persoalan ini, kata Mujianto, bisa makin pelik karena bukan tidak mungkin guru pun akan mencari jam mengajar ke sekolah lain. Dengan begitu, kualitas dalam memberikan materi pun makin tidak bisa dipertanggungjawabkan karena beban yang tinggi ini. "Rencana kami nanti akan bekerja sama dengan seluruh diknas kota/kabupaten yang menjadi naungan kerja UM. Kami merasa memiliki tanggung jawab profesional akademik. Pendeknya, bagaimana kami bisa mempertanggungjawabkan secara moral terhadap para peserta ini," jelasnya
dari RADAR MALANG
"Sebatas memberi masukan ke Depdiknas, sah-sah saja. Kami memang berupaya agar ada evaluasi terhadap para guru-guru setelah mengikuti sertifikasi. Jadi, kami tidak hanya mengantarkan mereka mendapatkan tunjangan profesi. Tapi ikut mencarikan solusi bagaimana setelah mengikuti sertifikasi tetap bisa dipertanggungjawabkan kualitas kerjanya," ungkap Ketua BPGS Rayon 15 UM Mujianto, kemarin.
Seperti dikhawatirkan banyak kalangan, setelah menerima tunjangan profesi, kualitas kinerja guru malah melempem. Karena, Depdiknas juga belum menyiapkan standar evaluasinya. Di mata banyak kalangan, Depdiknas baru sebatas memikirkan nasib guru dari sisi kesejahteraannya.
Mujianto menambahkan, kalau pun Depdiknas mengeluarkan aturan 24 jam mengajar dalam satu minggu bagi guru yang lulus uji sertifikasi belum bisa dijadikan standar mengukur kualitas kinerja. Sebab, kewajiban mengajar 24 jam selam satu minggu ini di lapangan sulit dipenuhi.
Buktinya, Kota Malang sudah menyiapkan alternatif bagi guru yang tidak bisa memenuhi mengajar 24 jam dalam satu minggu akan dimutasi ke sekolah lain. Aturan ini sesuai dengan Permendiknas 36 tahun 2007 tentang Penyaluran Tunjangan Profesi bagi Guru. "Ini kan sebagai indikasi kalau aturan tersebut sebenarnya sulit untuk diterapkan," ujarnya.
Bahkan Mujianto menilai, aturan tersebut tidak realistis. Kalau bisa pun diterapkan, dikhawatirkan ada unsur memaksa. "Kami khawatir guru-guru yang sudah lulus sertifikasi ini meminta jam guru lain yang belum mengikuti sertifikasi. Dan, kecil kemunginan jam yang diminta itu diberikan, karena juga menyangkut besarnya honor si guru itu," ucapnya
Persoalan ini, kata Mujianto, bisa makin pelik karena bukan tidak mungkin guru pun akan mencari jam mengajar ke sekolah lain. Dengan begitu, kualitas dalam memberikan materi pun makin tidak bisa dipertanggungjawabkan karena beban yang tinggi ini. "Rencana kami nanti akan bekerja sama dengan seluruh diknas kota/kabupaten yang menjadi naungan kerja UM. Kami merasa memiliki tanggung jawab profesional akademik. Pendeknya, bagaimana kami bisa mempertanggungjawabkan secara moral terhadap para peserta ini," jelasnya
Senin, 21 Januari 2008
GURU IDEAL
Beberapa saat yang lalu SMA Negeri 9 Malang mengirimkan 2 orang perwakilannya untuk mengikuti pemilihan guru ideal versi Jawa pos di SMA Negeri 5 Malang.
SMA 9 Mengirimkan Bapak Drs Budi Putranto MM dan Ibu Dra Sri Retnowati.
pengen tahu serunya..... gene ceritanya...
Alasan dikirimnya Pak Budi dan Bu Retno adalah karene menurut kepala sekolah adalah guru yang lulus sertifikasi murni, dan yang punya prestasi menonjol (?), kemudian setelah para guru yang lulus sertifikasi murni dikumpulkan oleh Bu Ninik selaku Kepala Sekolah, maka secara aklamasi dari yang hadir dipilihlah Pak Budi dan BU Retno tadi.
Perlu diketahui guru yang lulus sertifikasi murni pada tahun 2007 ini dari SMA Negeri 9 adalah:
- Drs H Suryani Ali Pandi
- Drs Machrus S
- Drs M Syarkani
- Drs Budi Putranto MM
- Drs Sukriyono
- Dra Hj. Endang R
- Dra Sri Retnowati
- Dra Sri Haryani
oleh panitia diberitahukan pula bahwa pada hari senin 21 Januari 2008 ada presentasi menggunakan Power point.
:"Lha iki aku kudu maksimal jarene Pak Budi", "mosok aku kalah karo wong tuwek tuwek?
'aku sedina nggawe Power point mas" ungkap Pak Budi
......(bersambung ya)....;.........(ngantuk habis masukin nilai raport anak anak, sama Pak Handoko)
GURU IDEAL
Beberapa saat yang lalu SMA Negeri 9 Malang mengirimkan 2 orang perwakilannya untuk mengikuti pemilihan guru ideal versi Jawa pos di SMA Negeri 5 Malang.
SMA 9 Mengirimkan Bapak Drs Budi Putranto MM dan Ibu Dra Sri Retnowati.
pengen tahu serunya..... gene ceritanya...
Alasan dikirimnya Pak Budi dan Bu Retno adalah karene menurut kepala sekolah adalah guru yang lulus sertifikasi murni, dan yang punya prestasi menonjol (?), kemudian setelah para guru yang lulus sertifikasi murni dikumpulkan oleh Bu Ninik selaku Kepala Sekolah, maka secara aklamasi dari yang hadir dipilihlah Pak Budi dan BU Retno tadi.
Perlu diketahui guru yang lulus sertifikasi murni pada tahun 2007 ini dari SMA Negeri 9 adalah:
oleh panitia diberitahukan pula bahwa pada hari senin 21 Januari 2008 ada presentasi menggunakan Power point.
:"Lha iki aku kudu maksimal jarene Pak Budi", "mosok aku kalah karo wong tuwek tuwek?
'aku sedina nggawe Power point mas" ungkap Pak Budi
......(bersambung ya)....;.........(ngantuk habis masukin nilai raport anak anak, sama Pak Handoko)
SMA 9 Mengirimkan Bapak Drs Budi Putranto MM dan Ibu Dra Sri Retnowati.
pengen tahu serunya..... gene ceritanya...
Alasan dikirimnya Pak Budi dan Bu Retno adalah karene menurut kepala sekolah adalah guru yang lulus sertifikasi murni, dan yang punya prestasi menonjol (?), kemudian setelah para guru yang lulus sertifikasi murni dikumpulkan oleh Bu Ninik selaku Kepala Sekolah, maka secara aklamasi dari yang hadir dipilihlah Pak Budi dan BU Retno tadi.
Perlu diketahui guru yang lulus sertifikasi murni pada tahun 2007 ini dari SMA Negeri 9 adalah:
- Drs H Suryani Ali Pandi
- Drs Machrus S
- Drs M Syarkani
- Drs Budi Putranto MM
- Drs Sukriyono
- Dra Hj. Endang R
- Dra Sri Retnowati
- Dra Sri Haryani
oleh panitia diberitahukan pula bahwa pada hari senin 21 Januari 2008 ada presentasi menggunakan Power point.
:"Lha iki aku kudu maksimal jarene Pak Budi", "mosok aku kalah karo wong tuwek tuwek?
'aku sedina nggawe Power point mas" ungkap Pak Budi
......(bersambung ya)....;.........(ngantuk habis masukin nilai raport anak anak, sama Pak Handoko)
Kamis, 03 Januari 2008
GEMBIRA SERTIFIKASI 4 MALANG RAYA
guru Malang Raya pantas bersenang. Sebab BPSG (Badan Penyelenggara Sertifikasi Guru) Rayon 15 UM kembali memberikan jatah 110 peserta untuk mengikuti sertifikasi guru dalam jabatan kuota 2006 dan 2007. Jatah ini merupakan kuota pemenuhan dari 14.135 yang diberikan Depdiknas.
"Namanya kuota pemenuhan, karena setelah kami kalkulasi di akhir pelaksanaan sertifikasi dari jumlah 14.135 ternyata kurang 110 peserta," Ketua Divisi Assesor dan Penilaian BPSG Rayon 15 Bambang Pranomo.
DARI RADAR MALANG JUMAT 4 JANUARI 2008
"Namanya kuota pemenuhan, karena setelah kami kalkulasi di akhir pelaksanaan sertifikasi dari jumlah 14.135 ternyata kurang 110 peserta," Ketua Divisi Assesor dan Penilaian BPSG Rayon 15 Bambang Pranomo.
DARI RADAR MALANG JUMAT 4 JANUARI 2008
Rabu, 02 Januari 2008
Target Kuota 2006-2007 Molor
Kamis, 03 Jan 2008
MALANG - Target pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan kuota 2006 dan 2007 yang digembar-gemborkan selesai akhir Desember 2007 ternyata meleset. Khususnya pelaksanaan diklat. Buktinya, pada Januari 2008 nanti BPSG (Badan Penyelenggara Sertifikasi Guru) Rayon 15 UM masih mengagendakan menggelar diklat Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) untuk angkatan ke-IV.
Padahal, BPSG sudah berulang kali menyatakan kalau pelaksanaan sertifikasi kuota 2006 dan 2007 selesai akhir Desember. Karena itu, pelaksanaan diklat PLPG pun dikebut mulai awal Desember lalu. Namun kenyatannya, masih ada 1.043 peserta yang dinyatakan untuk mengikuti PLPG. "Ya, kenyataannya seperti itu. Masih ada diklat tahap IV. Kami perkirakan pertengahan Januari pelaksanaannya," kata Ketua BPSG Rayon 15 UM Mudjianto.
Sayangnya, Mudjianto tidak mengurai lebih jelas penyebab molornya jadwal diklat yang merupakan rangkaian pelaksanaan sertifikasi kuota 2006 dan 2007. Mudjianto hanya menegaskan, timnya telah bekerja optimal. "Malah nanti akan ada diklat lagi bagi peserta yang izin menunaikan ibadah haji. Khusus yang ini kami belum bisa memperkirakan pelaksanannya. Kami akan menunggu sampai kepulangan mereka dari tanah suci," ucapnya.
Mudjianto menerangkan, dari jumlah diklat angkatan ke-IV tersebut, sekitar 754 merupakan peserta yang tak lulus sertifikasi susulan 2007. Dan, sisanya berasal mereka yang tidak hadir termasuk peserta yang sedang menunaikan ibadah haji.
Ditanyakan soal peserta yang mengikuti ibadah haji, dia tidak bisa menyebutkan rinciannya. "Meski begitu, kami tetap mengusulkan agar pemberian tunjangan tidak sampai pada 2009 nanti," ungkapnya.
Sedangkan permintaan yang disampaikan ke pemerintah pusat ini, kata Mudjianto, merupakan hasil kesepakatan seluruh BPSG. Dengan begitu, permintaan pemberian tunjangan yang diselesaikan Januari bisa diterima peserta pada Februari. Tak terkecuali pada peserta yang mengikuti diklat Februari diusulkan mendapatkan tunjangan Maret.
Dari jadwal yang diperkirakan itu pun, juga belum bisa dipastikan. Karena pada Maret ada jadwal ujian di perguruan tinggi. Sehingga kemungkinan diklat bagi peserta yang naik haji akan terkendala pada instruktur. "Kan instrukturnya dari dosen, kami harus profesional. Karena tugas utama itu kan mengajar," ujarnya. (hap/ziz)
dicopy dari Jawa pos radar malang
MALANG - Target pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan kuota 2006 dan 2007 yang digembar-gemborkan selesai akhir Desember 2007 ternyata meleset. Khususnya pelaksanaan diklat. Buktinya, pada Januari 2008 nanti BPSG (Badan Penyelenggara Sertifikasi Guru) Rayon 15 UM masih mengagendakan menggelar diklat Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) untuk angkatan ke-IV.
Padahal, BPSG sudah berulang kali menyatakan kalau pelaksanaan sertifikasi kuota 2006 dan 2007 selesai akhir Desember. Karena itu, pelaksanaan diklat PLPG pun dikebut mulai awal Desember lalu. Namun kenyatannya, masih ada 1.043 peserta yang dinyatakan untuk mengikuti PLPG. "Ya, kenyataannya seperti itu. Masih ada diklat tahap IV. Kami perkirakan pertengahan Januari pelaksanaannya," kata Ketua BPSG Rayon 15 UM Mudjianto.
Sayangnya, Mudjianto tidak mengurai lebih jelas penyebab molornya jadwal diklat yang merupakan rangkaian pelaksanaan sertifikasi kuota 2006 dan 2007. Mudjianto hanya menegaskan, timnya telah bekerja optimal. "Malah nanti akan ada diklat lagi bagi peserta yang izin menunaikan ibadah haji. Khusus yang ini kami belum bisa memperkirakan pelaksanannya. Kami akan menunggu sampai kepulangan mereka dari tanah suci," ucapnya.
Mudjianto menerangkan, dari jumlah diklat angkatan ke-IV tersebut, sekitar 754 merupakan peserta yang tak lulus sertifikasi susulan 2007. Dan, sisanya berasal mereka yang tidak hadir termasuk peserta yang sedang menunaikan ibadah haji.
Ditanyakan soal peserta yang mengikuti ibadah haji, dia tidak bisa menyebutkan rinciannya. "Meski begitu, kami tetap mengusulkan agar pemberian tunjangan tidak sampai pada 2009 nanti," ungkapnya.
Sedangkan permintaan yang disampaikan ke pemerintah pusat ini, kata Mudjianto, merupakan hasil kesepakatan seluruh BPSG. Dengan begitu, permintaan pemberian tunjangan yang diselesaikan Januari bisa diterima peserta pada Februari. Tak terkecuali pada peserta yang mengikuti diklat Februari diusulkan mendapatkan tunjangan Maret.
Dari jadwal yang diperkirakan itu pun, juga belum bisa dipastikan. Karena pada Maret ada jadwal ujian di perguruan tinggi. Sehingga kemungkinan diklat bagi peserta yang naik haji akan terkendala pada instruktur. "Kan instrukturnya dari dosen, kami harus profesional. Karena tugas utama itu kan mengajar," ujarnya. (hap/ziz)
dicopy dari Jawa pos radar malang
Langganan:
Postingan (Atom)